Senin, 28 Desember 2009

Realisasi Penerimaan Pajak Dibawah Target Untuk Tahun 2009

Nama : Erwan Muslim Yusuf Raja

NPM : 0800070043

Kelas : B

Artikel : Realisasi Penerimaan Pajak di bawah target untuk tahun 2009

Dampak negatif dari krisis ekonomi dunia terhadap Indonesia dipastikan mengakibatkan penerimaan pajak mengalami sortfall (penerimaan di bawah target).

Penurunan itu bahkan akan makin dalam jika ditambah dengan masih buruknya kinerja administrasi penarikan pajak.

“Hitungan kami, pada akhir tahun 2009, hanya akibat dari krisis saja realisasi penerimaan pajak (non migas) akan turun sebesar 5,13 persen,” kata pengamat perpajakan Unpad Kodrat Wibowo, di Jakarta, Kamis (12/11).

Namun, tambah dia, persentase penurunan penerimaan pajak itu bakal lebih tinggi lagi mengingat reformasi perpajakan belum tuntas, dimana masih menyisakan inefisiensi dan inefektifitas administrasi di Direktorat Jenderal Pajak.

“Akibat krisis, turun 5,13 persen. Belum lagi ditambah dengan inefisiensi dan inefektifitas dari administrasi penarikan pajak, penurunannya bisa lebih besar lagi, bisa mencapai sekitar 7 persen,” tambah dia.

Sampai akhir Oktober 2009, atau tinggal dua bulan tahun anggaran 2009 tersisa, realisasi penerimaan pajak non migas tercatat baru mencapai 385,8 triliun rupiah atau 73 persen dari target APBNP 2009. Sementara realisasi penerimaan pajak PPh migas tercatat telah mencapai 42 triliun rupiah atau 85,7 persen dari target APBNP 2009.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan realisasi penerimaan pajak (termasuk PPh migas) tahun ini diperkirakan akan mengalami sortfall sampai sebesar 20 persen dari target yang telah ditetapkan dalam APBNP 2009.

Menurut dia, terjadinya sortfall merupakan dampak dari perlambatan ekonomi global yang mengakibatkan turunnya berbagai jenis barang komoditas.

“Kalau dilihat dari 2007 sampai 2008 harga komoditas tinggi yang menyebabkan PPN meningkat signifikan tapi di 2009 banyak diberikan stimulus fiskal sehingga PPN menjadi turun. Jadi target penerimaan pajak tidak akan tercapai,” kata dia.

Menurutnya, realisasi penerimaan pajak tahun ini hanya akan tercapai sekitar 80 persen dari target APBN P 2009. Dengan begitu, realisasi penerimaan pajak tahun ini akan mengalami sortfall sekitar 20 persen.

Aviliani menuturkan upaya yang seharusnya dilakukan pemerintah saat ini adalah dengan mengoptimalkan program ekstensifikasi perpajakan khususnya di kalangan pengusaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

“Karena sektor UMKM biasanya NPWP-nya punya pribadi tapi terkait laba usahanya tidak ada. Jadi menurut saya NPWP perusahaan UMKM harus dioptimalkan,” kata dia.

Pemerintah diperkirakan sulit merealisasikan target penerimaan pajak tahun ini yang sebesar Rp 577,3 triliun. Itu terindikasi dari realisasi penerimaan akhir Oktober 2009 yang baru mencapai Rp 427,8 triliun atau 74,1% dari target.

“Pola penerimaan pajak itu tidak sama dengan realisasi belanja negara. Kalau pola belanja negara itu pada dua bulan terakhir bisa melonjak, sedangkan pola penerimaan berbeda,” kata Ketua Badan Anggaran Harry Azhar Azis, di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (11/11).

Menurut Harry, pihaknya tidak bisa menoleransi dalih krisis global sebagai penyebab tak tercapainya target penerimaan pajak. Sebaliknya, kinerja Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) yang belum optimal dituding sebagai pemicu rendahnya penerimaan pajak.

“Kalau alasannya (rendahnya penerimaan pajak), karena perlambatan ekspor sebagai bagian dari dampak krisis. Itu perlu dilihat lagi apakah itu rasional,” ujar dia.

Harry menambahkan, Ditjen Pajak seharusnya bisa memperkirakan seberapa besar realisasi dari target yang telah ditetapkan. Selain itu, Ditjen Pajak sebagai penyidik, harus bisa memasuki wilayah-wilayah yang selama ini belum terjangkau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar